PART 1 — Christian Servant-Leadership Coaching

Thomas Yoman, CCP., CPS
5 min readNov 12, 2022

--

Thomas Yoman (public speaker, copywriter, counselor)

Sebelumnya tentu kita pernah mendengar atau membaca atau bahkan pernah merasakan sesi konseling. Namun bagaimana jika tiba-tiba ada seseorang yang membutuhkan untuk “sekadar” cerita kepada orang lain dan kebetulan kita ada disana, apa yang harus kita lakukan ? Jangan sampai kita memberi toxic positivity yang kita pikir membantu, namun justru membuat orang lain tertuduh atau bahkan membuat kondisinya semakin parah dari sebelumnya.

PADA BAGIAN PERTAMA MARI KITA BELAJAR TENTANG CHRISTIAN SERVANT-LEADERSHIP COACHING

“Remember, the difference between a boss and a leader: a boss says “Go!” and a leader says “Let’s go!” — E.M. Kelly

Berbicara tentang leadership atau kepemimpinan tentunya di dunia ini ada banyak gaya kepemimpinan. Namun, gaya kepemimpinan apa yang sesuai dalam kekristenan ? gaya kepemimpinan yang cocok dalam kekristenan adalah Servant Leadership atau kepemimpinan pelayan.

Servant Leadership atau kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani, menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Konsep Servant Leadership pertama kali dikenalkan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970 dalam bukunya The Servant as Leader. Robert K. Greenleaf adalah Vice President American Telephone and Telegraph Company (AT&T). Menurut Greenleaf, Servant Leadership adalah seseorang yang menjadi pelayan lebih dahulu. Dimulai dari perasaan alami bahwa seseorang yang ingin melayani, harus terlebih dulu melayani. Kemudian pilihan secara sadar membawa seseorang untuk memimpin.

Hal yang perlu kita ingat adalah pemimpin yang melayani bukan berarti akan menghindar dari masalah. Ia tidak juga menjadi sosok yang dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam suatu kepemimpinan, seorang pemimpin yang melayani perlu mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang menjadi termotivasi, terdorong, belajar, dan mengambil alih teladannya.

Sama seperti yang dikatakan dalam Matius 20:26–28 “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

KARAKTERISTIK DAN DIMENSI SERVANT LEADERSHIP

Menurut Spears (2002:27–29), terdapat sepuluh karakteristik Servant Leadership, yaitu sebagai berikut:

  1. Mendengarkan (Listening). Servant-leader mendengarkan dengan penuh perhatian kepada orang lain, mengidentifikasi dan membantu memperjelas keinginan kelompok, juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri.
  2. Empati (Empathy). Pemimpin yang melayani adalah mereka yang berusaha memahami rekan kerja dan mampu berempati dengan orang lain.
  3. Penyembuhan (Healing). Servant-leader mampu menciptakan penyembuhan emosional dan hubungan dirinya, atau hubungan dengan orang lain, karena hubungan merupakan kekuatan untuk transformasi dan integrasi.
  4. Kesadaran (Awareness). Kesadaran untuk memahami isu-isu yang melibatkan etika, kekuasaan, dan nilai-nilai. Melihat situasi dari posisi yang seimbang yang lebih terintegrasi.
  5. Persuasi (Persuasion). Pemimpin yang melayani berusaha meyakinkan orang lain daripada memaksa kepatuhan. Ini adalah satu hal yang paling membedakan antara model otoriter tradisional dengan servant leadership.
  6. Konseptualisasi (Conceptualization). Kemampuan melihat masalah dari perspektif konseptualisasi berarti berfikir secara jangka panjang atau visioner dalam basis yang lebih luas.
  7. Kejelian (Foresight). Jeli atau teliti dalam memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa depan.
  8. Keterbukaan (Stewardship). Menekankan keterbukaan dan persuasi untuk membangun kepercayaan dari orang lain.
  9. Komitmen untuk Pertumbuhan (Commitment to the Growth of People). Tanggung jawab untuk melakukan usaha dalam meningkatkan pertumbuhan profesional karyawan dan organisasi.
  10. Membangun Komunitas (Building Community). Mengidentifikasi cara untuk membangun komunitas.

Menurut Barbuto & Wheeler (2006), dimensi servant leadership adalah sebagai berikut:

  1. Altruistic calling, yaitu hasrat yang kuat untuk membuat perubahan positif pada kehidupan orang lain dan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri dan juga akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan bawahannya.
  2. Emotional healing, yaitu komitmen seorang pemimpin untuk meningkatkan dan mengembalikan semangat karyawannya.
  3. Wisdom, yaitu pemimpin yang mudah untuk memahami suatu situasi dan dampak dari situasi tersebut.
  4. Persuasive mapping, yaitu sejauh mana pemimpin memiliki keterampilan untuk memetakan persoalan dan mengkonseptualisasikan kemungkinan tertinggi yang akan terjadi dan membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu ketika mengartikulasikan peluang.
  5. Organizational stewardship, yaitu sejauh mana pemimpin menyiapkan organisasi untuk membuat kontribusi positif terhadap lingkungannya.
  6. Humility, yaitu kerendahan hati pemimpin.
  7. Vision, yaitu sejauh mana pemimpin mencari komitmen semua anggota organisasi terhadap visi bersama dengan mengajak anggota untuk menentukan arah masa depan perusahaan.
  8. Service, yaitu sejauh mana pelayanan dipandang sebagai inti dari kepemimpinan dan pemimpin menunjukkan perilaku pelayanannya kepada bawahan

BELAJAR DARI YOSIA : Christian Leadership menggunakan CHRIST ME model (2 Tawarikh 34:1–2)

Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga puluh satu tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. -2 Tawarikh 34:1–2

Perlu kita ketahui bahwa Yosia menjadi seorang raja pada usia 8 tahun dan selama 31 tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ayahnya, Amon dibunuh saat ia masih kecil sehingga dalam usia belia, ia sudah diangkat menjadi raja. Yosia lahir dari keluarga yang mengenal Allah. Yosia mencari Tuhan saat ia berusia 15 tahun, mereformasi tata ibadah, dan menjauhkan segala bukit pengorbanan maupun berhala kanaan.

Ada tiga hal penting yang dapat kita teladani dari kepemimpinan Yosia berdasarkan 2 Tawarikh 34:2, yaitu:

  1. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, Sepanjang hidupnya, Yosia telah memberikan teladan yang baik sebagai seorang pemimpin muda yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia bukan hanya membawa perubahan peribadatan dengan mengubah politeisme (menyembah banyak dewa) kepada tatanan semula, yakni menyembah satu-satunya Allah yang benar. Ia juga membawa seluruh rakyat Yehuda melakukan petunjuk dalam kitab taurat Musa. Bahkan masa pemerintahannya, perayaan paskah kembali diadakan.

2. Meneladani seorang pemimpin yang hidup benar di hadapan Tuhan, Daud menjadi sosok pemimpin yang diteladani Yosia, karena Daud sebagai seorang yang berkenan di hati Allah mampu membuat Yosia terus mencari Tuhan dan melakukan taurat Tuhan siang dan malam. Sebagai seorang pemimpin, sangat penting bagi kita untuk meneladani sosok pemimpin yang baik dan memiliki komitmen lebih kepada Tuhan,

3. Tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sama seperti yang Alkitab katakan dalam Yosua 1:7 “Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.”

Inilah kualitas seorang pemimpin yang harus diteladani dan dilakukan oleh pemimpin Kristen masa kini. Sebagai seorang pemimpin, kita tidak hanya tajam dalam hal visi dan misi, tetapi juga bisa melakukan reformasi rohani dan membawa seluruh orang yang kita pimpin untuk hidup seturut dengan ketetapan maupun kehendak Tuhan.

--

--

Thomas Yoman, CCP., CPS
Thomas Yoman, CCP., CPS

Written by Thomas Yoman, CCP., CPS

Preacher, Worshipper, Public Speaker, Counselor, Copywriter, Creator

No responses yet